Friday, March 18, 2011

Doa pengasih mukmin

Doa pengasih mukmin

InsyaAllah sesiapa yang mengamalkan doa ini orang yang memandangnya akan
jatuh kasih.
Metod: Baca doa ini sambil menadah tangan, selepas berdoa sapu pada
muka, atau bila anda ingin mencuci muka, bacalah doa pada air & sapu pada
muka








Punca Rezeki Menjadi Sempit

Jika anda selesa dengan kerja makan gaji, teruskanlah. Tapi jika anda seorang yang bermotivasi tinggi, sentiasa berfikiran positif, yakin pada diri, sentiasa berhasrat menambah pendapatan dan tidak mudah kecewa, anda perlu berniaga. Kerana “PERNIAGAAN ITU ADALAH 9/10 DARI KEKAYAAN”
“Punca Rezeki Menjadi Sempit” antaranya:

  1. Niat hati yang kotor
  2. Tidak membayar zakat
  3. Putuskan hubungan silatrurrahim
  4. Tinggalkan solat
  5. Derhaka kepada Ibu Bapa
  6. Tidak membayar hutang
  7. Bagi mereka yang sedang berniaga amalkan surah Al-Waqiah, ia amat berguna untuk prestasi perniagaan anda. InsyaAllah. 

Sampai di sini sahaja dulu ye. Sekian, Assalamualaikum.





Rezeki : Usaha & Tawakal

“rezeki.. ada di mana-mana, datang tanpa diduga, tepat pada masa, yg penting, usaha & tawakkal”
Dengan izin Allah tidak mustahil rezeki boleh datang tanpa diduga dengan hanya perlu berusaha dan tawakal. Apa yang paling penting anda perlu bermula dengan mencuba! Siapa sangka? Kesempatan yang kecil seringkali merupakan permulaan kepada usaha yang besar.
Jangan kata tiada masa. satu hari ada 24 jam. Takkan satu atau dua jam tidak boleh curi sedikit pun. Cari peluang baru untuk mencipta kejayaan. Kejayaan itu tidak datang sekaligus, melainkan datang sedikit demi sedikit.
Mari Mengkaji Apa itu Tawakal?
Para ulama semoga Allah membalas mereka dengan sebaik-baik balasan? telah menjelaskan makna tawakal. Di antaranya adalah Imam al-Ghazali, beliau berkata, “Tawakkal adalah penyandaran hati hanya kepada wakil (yang di-tawakali) semata.”
Al-Allamah al-Manawi berkata, “Tawakal adalah menampakkan kelemahan serta penyandaran (diri) kepada yang di tawakali.”
Menjelaskan makna tawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, al-Mulla Ali al-Qori berkata, “Hendaknya kalian ketahui secara yakin bahwa tidak ada yang berbuat dalam alam wujud ini kecuali Allah, dan bahwa setiap yang ada, baik makhluk maupun rezeki, pemberian atau pelarangan, bahaya atau manfaat, kemiskinan atau kekayaan, sakit atau sehat, hidup atau mati, dan segala hal yang disebut sebagai sesuatu yang maujud (ada) semuanya itu adalah dari Allah.”
Dalil Syar’i bahwa Bertawakkal kepada Allah Termasuk Kunci Rizki
Imam Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu al-Mubarak, Ibnu Hibban, al-Hakim, al-Qhudha’i dan al-Baghawi meriwayatkan dari Umar bin Khaththab bahwa Rasulullah bersabda, “Sungguh, seandainya kalian bertawakal kepada Allah sebenar-benar tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana rezeki burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.”
Dalam hadis yang mulia ini, Rasulullah yang berbicara dengan wahyu menjelaskan orang yang bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya dia akan diberi rezeki oleh Allah sebagaimana burung-burung diberi-Nya rizki. Betapa tidak demikian, karena dia telah bertawakal kepada Dzat Yang Maha Hidup, yang tidak pernah mati. Karena itu, barangsiapa bertawakal kepada-Nya, niscaya Allah akan mencukupinya.
“Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Ath-Thalaq: 3).
Menafsirkan ayat tersebut, ar-Rabi’ bin Khutsaim mengatakan, “(Mencukupkan) diri setiap yang membuat sempit manusia.”
Apakah Tawakkal itu Berarti Meninggalkan Usaha?
Sebagian orang mukmin ada yang berkata, “Jika orang yang bertawakal kepada Allah itu akan diberi rezeki, mengapa kita harus lelah, berusaha, dan mencari penghidupan. Bukankah kita cukup duduk-duduk dan bermalasan-malasan, lalu rezeki kita datang dari langit?”
Perkataan ini sungguh menunjukkan kebodohan orang yang mengucapkan tentang hakikat tawakkal. Nabi kita yang mulia telah menyerupakan orang yang bertawakal dan diberi rezeki itu dengan burung yang pergi di pagi hari dan pulang pada sore hari, padahal burung itu tidak memiliki sandaran apa pun, baik perdagangan, pertanian, pabrik, atau pekerjaan tertentu. Ia keluar berbekal tawakal kepada Allah Yang Maha Esa dan yang kepadanya tempat bergantung. Para ulama ?semoga Allah membalas mereka dengan sebaik-baik kebaikan? telah memperingatkan masalah ini. Di antaranya adalah Imam Ahmad, beliau berkata, “Dalam hadis tersebut tidak ada isyarat yang membolehkan untuk meninggalkan usaha, sebaliknya justru di dalamnya ada isyarat yang menunjukkan perlunya mencari rizki. Jadi maksud hadits tersebut, bahwa seandainya mereka bertawakal kepada Allah dalam kepergian, kedatangan, dan usaha mereka, dan mereka mengetahui kebaikan (rezeki) itu di tangan-Nya, tentu mereka tidak akan pulang, kecuali dalam keadaan mendapatkan harta dengan selamat, sebagaimana burung-burung tersebut.”
Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang hanya duduk di rumah atau masjid seraya berkata, “Aku tidak mau bekerja sedikit pun, sampai rezekiku datang sendiri.” Maka beliau berkata, Ia adalah laki-laki yang tidak mengenal ilmu. Sungguh Nabi bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menjadikan rizkiku melalui panahku.”
Dan beliau bersabda, “Sekiranya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Allah memberimu rezeki sebagaimana yang diberikan-Nya kepada burung-burung berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.”
Dalam hadis tersebut dikatakan bahwa burung-burung itu berangkat pagi-pagi dan pulang sore hari dalam rangka mencari rezeki. Selanjutnya, Imam Ahmad berkata, “Para Sahabat berdagang dan bekerja dengan pohon kurmanya. Dan mereka itulah teladan kita.”
Syekh Abu Hamid berkata, “Barangkali ada yang mengira bahwa makna tawakal adalah meninggalkan pekerjaan secara fisik, meninggalkan perencanaan dengan akal, serta menjatuhkan diri di atas tanah seperti sobekan kain yang dilemparkan, atau seperti daging di atas landasan tempat memotong daging. Ini adalah sangkaan orang-orang bodoh. Semua itu adalah haram menurut hukum syariat. Sedangkan syariat memuji orang yang bertawakkal. Lalu, bagaimana mungkin sesuatu derajat ketinggian dalam agama dapat diperoleh dengan hal-hal yang dilarang oleh agama pula?”
Hakikat yang sesungguhnya dalam hal ini dapat kita katakan, “Sesungguhnya pengaruh bertawakal itu tampak dalam gerak dan usaha hamba ketika bekerja untuk mencapai tujuan-tujuannya.”
Imam Abul Qosim al-Qusyairi berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya tawakkal itu letaknya di dalam hati. Adapun gerak secara lahiriah hal itu tidak bertentangan dengan tawakal yang ada di dalam hati, setelah seorang hamba meyakini bahwa rezeki itu datangnya dari Allah. Jika terdapat kesulitan, maka hal itu adalah karena takdir-Nya, dan jika terdapat kemudahan maka hal itu karena kemudahan dari-Nya.”
Di antara yang menunjukkan bahwa tawakal kepada Allah tidaklah berarti meninggalkan usaha adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dan Imam al-Hakim dari Ja’far bin Amr bin Umayah dari ayahnya, ia berkata, “Seseorang berkata kepada Nabi, Aku lepaskan untaku dan (lalu) aku bertawakal?’ Nabi bersabda: ‘Ikatlah kemudian bertawakallah’.”
Dalam riwayat al-Qudha’i disebutkan, “Amr bin Umayah berkata, ‘Aku bertanya,’Wahai Rasulullah, apakah aku ikat dahulu (tunggangan)ku lalu aku bertawakal kepada Allah, atau aku lepaskan begitu saja lalu aku bertawakal?’ Beliau menjawab, ‘Ikatlah kendaran (unta)mu lalu bertawakallah’.”
Kesimpulan dari pembahasan ini adalah bahwa tawakal tidaklah berarti meninggalkan usaha. Setiap muslim harus berikhtiar secara lahir dengan bersungguh-sungguh mendapatkan penghidupan, akan tetapi ia tidak boleh menyandarkan diri pada kerja keras dan usahanya, tetapi ia harus meyakini bahwa rezeki itu hanyalah dari Dia semata dengan segala pengaturan-Nya.





20 Petua Murah Rezeki

Amalan-amalan ini menjadi sebab Allah limpahi hamba-Nya dengan

keluasan rezeki dan rasa kaya dengan pemberian-Nya. Berdasarkan
konsep rezeki yang telah diperkatakan, Allah memberi jalan buat
setiap hamba-Nya untuk memperolehi rezeki dalam pelbagai bentuk yang
boleh menjadi punca kebaikan dunia dan akhirat. Di antaranya:
1. Menyempatkan diri beribadah
Allah tidak sia-siakan pengabdian diri hamba-Nya, seperti firman-
Nya dalam hadis qudsi:
“Wahai anak Adam, sempatkanlah untuk menyembah-Ku maka Aku akan
membuat hatimu kaya dan menutup kefakiranmu. Jika tidak melakukannya
maka Aku akan penuhi tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak menutup
kefakiranmu.” (Riwayat Ahmad, Tirmizi, Ibnu Majah dan al-Hakim dari
Abu Hurairah r.a.)
2. Memperbanyak istighfar
Istighfar adalah rintihan dan pengakuan dosa seorang hamba di depan
Allah , yang menjadi sebab Allah jatuh kasih dan kasihan pada
hamba-Nya lalu Dia berkenan melapangkan jiwa dan kehidupan si hamba.
Sabda Nabi s.a.w.:
“Barang siapa memperbanyak istighfar maka Allah s.w.t akan
menghapuskan segala kedukaannya, menyelesaikan segala masalahnya dan
memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka.” (Riwayat Ahmad,
Abu Daud, an-Nasa’i, Ibnu Majah dan al-Hakim dari Abdullah bin Abbas
r.a.)
3.Tinggalkan perbuatan dosa
Istighfar tidak laku di sisi Allah jika masih buat dosa. Dosa bukan
saja membuat hati resah malah menutup pintu rezeki. Sabda Nabi
s.a.w.:
“… dan seorang lelaki akan diharamkan baginya rezeki kerana dosa
yang dibuatnya.” (Riwayat at-Tirmizi)
4.Sentiasa ingat Allah
Banyak ingat Allah buatkan hati tenang dan kehidupan terasa lapang.
Ini rezeki yang hanya Allah beri kepada orang beriman. Firman-Nya:
“(iaitu) orang-orang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingati Allah . Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati
menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d: 28)
5.Berbakti dan mendoakan ibu bapa
Dalam hadis riwayat Imam Ahmad, Rasulullah s.a.w. berpesan agar
siapa yang ingin panjang umur dan ditambahi rezekinya, hendaklah
berbakti kepada ibu bapanya dan menyambung tali kekeluargaan.
Baginda s.a.w. juga bersabda:
“Siapa berbakti kepada ibu bapanya maka kebahagiaanlah buatnya dan
Allah akan memanjangkan umurnya.” (Riwayat Abu Ya’ala, at-Tabrani,
al-Asybahani dan al-Hakim)
Mendoakan ibu bapa juga menjadi sebab mengalirnya rezeki,
berdasarkan sabda Nabi s.a.w.:
“Apabila hamba itu meninggalkan berdoa kepada kedua orang tuanya
nescaya terputuslah rezeki (Allah ) daripadanya.” (Riwayat al-Hakim
dan ad-Dailami)
6.Berbuat baik dan menolong orang yang lemah
Berbuat baik kepada orang yang lemah ini termasuklah menggembirakan
dan meraikan orang tua, orang sakit, anak yatim dan fakir miskin,
juga isteri dan anak-anak yang masih kecil. Sabda Nabi s.a.w.:
“Tidaklah kamu diberi pertolongan dan diberi rezeki melainkan kerana
orang-orang lemah di kalangan kamu.” (Riwayat Bukhari)
7.Tunaikan hajat orang lain
Menunaikan hajat orang menjadi sebab Allah lapangkan rezeki dalam
bentuk tertunainya hajat sendiri, seperti sabda Nabi s.a.w.:
“Siapa yang menunaikan hajat saudaranya maka Allah akan menunaikan
hajatnya…” (Riwayat Muslim)
8.Banyak berselawat
Ada hadis yang menganjurkan berselawat jika hajat atau cita-cita
tidak tertunai kerana selawat itu dapat menghilangkan kesusahan,
kesedihan, dan kesukaran serta meluaskan rezeki dan menyebabkan
terlaksananya semua hajat. Wallahu a’lam.
9.Buat kebajikan banyak-banyak
Ibnu Abbas berkata:
“Sesungguhnya kebajikan itu memberi cahaya kepada hati, kemurahan
rezeki, kekuatan jasad dan disayangi oleh makhluk yang lain.
Manakala kejahatan pula boleh menggelapkan rupa, menggelapkan hati,
melemahkan tubuh, sempit rezeki dan makhluk lain mengutuknya.”
10.Berpagi-pagi
Menurut Rasulullah s.a.w., berpagi-pagi (memulakan aktiviti harian
sebaik-baik selesai solat Subuh berjemaah) adalah amalan yang berkat.
11.Menjalin silaturrahim
Nabi s.a.w. bersabda:
“Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan dilambatkan ajalnya
maka hendaklah dia menghubungi sanak-saudaranya.” (Riwayat Bukhari)
12.Melazimi kekal berwuduk
Seorang Arab desa menemui Rasulullah s.a.w. dan meminta pedoman
mengenai beberapa perkara termasuk mahu dimurahkan rezeki oleh
Allah . Baginda s.a.w. bersabda:
“Sentiasalah berada dalam keadaan bersih (dari hadas) nescaya Allah
akan memurahkan rezeki.” (Diriwayatkan daripada Sayidina Khalid al-
Walid)
13.Bersedekah
Sedekah mengundang rahmat Allah dan menjadi sebab Allah buka pintu
rezeki. Nabi s.a.w. bersabda kepada Zubair bin al-Awwam:
“Hai Zubair, ketahuilah bahawa kunci rezeki hamba itu ditentang
Arasy, yang dikirim oleh Allah azza wajalla kepada setiap hamba
sekadar nafkahnya. Maka siapa yang membanyakkan pemberian kepada
orang lain, nescaya Allah membanyakkan baginya. Dan siapa yang
menyedikitkan, nescaya Allah menyedikitkan baginya.” (Riwayat ad-
Daruquthni dari Anas r.a.)
14.Melazimi solat malam (tahajud)
Ada keterangan bahawa amalan solat tahajjud memudahkan memperoleh
rezeki, menjadi sebab seseorang itu dipercayai dan dihormati orang
dan doanya dimakbulkan Allah
15.Melazimi solat Dhuha
Amalan solat Dhuha yang dibuat waktu orang sedang sibuk dengan
urusan dunia (aktiviti harian), juga mempunyai rahsia tersendiri.
Firman Allah dalam hadis qudsi:
“Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat
rakaat pada waktu permulaan siang (solat Dhuha), nanti pasti akan
Aku cukupkan keperluanmu pada petang harinya.” (Riwayat al-Hakim dan
Thabrani)
16.Bersyukur kepada Allah
Syukur ertinya mengakui segala pemberian dan nikmat dari Allah .
Lawannya adalah kufur nikmat. Allah berfirman:
“Demi sesungguhnya! Jika kamu bersyukur, nescaya Aku tambahi nikmat-
Ku kepadamu, dan demi sesungguhnya jika kamu kufur, sesungguhnya
azab-Ku amat keras.” (Ibrahim: 7) Firman-Nya lagi: “… dan Kami akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali Imran: 145)
17.Mengamalkan zikir dan bacaan ayat Quran tertentu
Zikir dari ayat-ayat al-Quran atau asma’ul husna selain menenangkan,
menjenihkan dan melunakkan hati, ia mengandungi fadilat khusus untuk
keluasan ilmu, terbukanya pintu hidayah, dimudahkan faham agama,
diberi kemanisan iman dan dilapangkan rezeki.
Misalnya, dua ayat terakhir surah at-Taubah (ayat 128-129) jika
dibaca secara konsisten tujuh kali setiap kali lepas solat,
dikatakan boleh menjadi sebab Allah lapangkan kehidupan dan
murahkan rezeki.
Salah satu nama Allah , al-Fattah (Maha Membukakan) dikatakan dapat
menjadi sebab dibukakan pintu rezeki jika diwiridkan selalu;
misalnya dibaca “Ya Allah ya Fattah” berulang-ulang, diiringi
doa: “Ya Allah , bukalah hati kami untuk mengenali-Mu, bukalah
pintu rahmat dan keampunan-Mu, ya Fattah ya `Alim.” Ada juga hadis
menyebut, siapa amalkan baca surah al-Waqi’ah setiap malam, dia
tidak akan ditimpa kepapaan. Wallahu a’lam.
18.Berdoa
Berdoa menjadikan seorang hamba dekat dengan Allah , penuh
bergantung dan mengharap pada rahmat dan pemberian dari-Nya. Dalam
al-Quran, Allah suruh kita meminta kepada-Nya, nescaya Dia akan
perkenankan.
19.Berikhtiar sehabisnya
Siapa berusaha, dia akan dapat. Ini sunnatullah. Dalam satu hadis
sahih dikatakan bahawa Allah berikan dunia kepada orang yang
dicintai-Nya dan yang tidak dicintai-Nya, tapi agama hanya Allah
beri kepada orang yang dicintai-Nya saja. (Riwayat Ahmad, Ibnu Abi
Syaibah dan al-Hakim)
Bagi orang beriman, tentulah dia perlu mencari sebab-sebab yang
boleh membawa kepada murah rezeki dalam skop yang luas. Misalnya,
hendak tenang dibacanya Quran, hendak dapat anak yang baik
dididiknya sejak anak dalam rahim lagi, hendak sihat dijaganya
pemakanan dan makan yang baik dan halal, hendak dapat jiran yang
baik dia sendiri berusaha jadi baik, hendak rezeki berkat dijauhinya
yang haram, dan sebagainya.
20.Bertawakal
Dengan tawakal, seseorang itu akan direzekikan rasa kaya dengan
Allah . Firman-Nya:
“Barang siapa bertawakal kepada Allah , nescaya Allah mencukupkan
(keperluannya) .” (At-Thalaq: 3)
Nabi s.a.w. bersabda:
“Seandainya kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar
tawakal, nescaya kamu diberi rezeki seperti burung diberi rezeki, ia
pagi hari lapar dan petang hari telah kenyang.” (Riwayat Ahmad, at-
Tirmizi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, al-Hakim dari Umar bin al-Khattab
r.a.)
Kesemua yang disebut di atas adalah amalan-amalan yang membawa
kepada takwa. Dengan takwa, Allah akan beri “jalan keluar (dari
segala perkara yang menyusahkan) , dan memberinya rezeki dari jalan
yang tidak terlintas di hatinya.” (At-Talaq: 2-3)
Pendek kata, bagi orang Islam, untuk murah rezeki dalam ertikata
yang sebenarnya, kuncinya adalah buat amalan-amalan takwa. Amalan-
amalan ini menjadi sebab jatuhnya kasih sayang Allah , lalu Allah
limpahi hamba-Nya dengan keluasan rezeki dan rasa kaya dengan
pemberian-Nya.







Friday, February 18, 2011

Tenanglah Hati

Setiap hari kita ketawa. Setiap hari kita jumpa kawan. Setiap hari kita dapat apa yang kita nak. Tapi..kenapa hati kita tak gembira?
Kita sembahyang setiap hari. Kita berdoa selalu pada Allah. Kita mintak sungguh-sungguh pada Allah. Tapi..kenapa susah sangat doa kita nak makbul? Sedangkan Allah ada berfirman. "Berdoalah pada Ku, nescaya akan Ku kabulkan...,"
Apa masalah kita?
Hati kita tak gembira sebab kita tak pernah bersyukur dengan apa yang kita ada. Kita tak pernah nak menghargai setiap nikmat yang kita dapat. Kita asyik memikirkan benda yang kita tak ada, sampai kita lupa melihat nikmat sekeliling kita.
Kita berdoa, tapi kenapa payah sangat doa kita Allah nak makbulkan?
Sebab kita asyik meminta pada Allah, tapi kita tak pernah mintak ampun pada Allah, sedangkan dosa-dosa kita terlampau banyak pada Allah. Alangkah tidak malunya kita. Kita merintih, kita merayu agar Allah makbulkan doa kita. Tapi, lepas kita dapat kesenangan kita lupa pada Allah, kita tak bersyukur pada Allah. Bila dah datang kesusahan, baru nak ingat Allah balik. Baru nak menangis, merintih..mintak Allah pandang kita. Macam mana Allah nak makbulkan doa kita?
Cuba kita renung diri kita. Cuba hitung, berapa kali kita sebut kalimah syukur dalam satu hari? Tak payah seminggu, cukuplah sehari sahaja. Berapa kali agaknya? Itupun kalau ada sebut la..
Pernah kita bangun malam, solat sunat...solat tahajud..solat taubat? Pernah? Ada...waktu zaman sekolah dulu. Itupun, lepas kene ketuk dengan warden, suruh bangun. Lepas tu...ada? Ada...time dah nak exam...waktu rasa result macam ada aura nak fail. Siap buat solat hajat lagi! Lepas dapat result tu, ada tak buat sujud syukur? Hmm...entah la, tak ingat pulak.
Hari-hari kita buat baik. Kita tolong orang. Kita sedekah dekat orang. Kita buat macam-macam. Tapi kenapa kita tak dapat nak rasa kemanisan setiap perbuatan yang kita lakukan tu? Hati kita tetap jugak tak tenang. Kenapa ye? Sebab dalam hati kita tak ada sifat ikhlas. Mulut cakap ikhlas, hati kata lain. Macam mana tu? Kita tolong orang sebab nak harapkan balasan. Nakkan pujian. Nakkan nama. Kita riak dengan setiap kebaikan yang kita buat. Macam mana hati nak tenang? Bila dapat kejayaan, kita bangga dengan apa yang kita ada. Mula nak menunjuk-nunjuk dekat orang. Sampai lupa siapa sebenarnya yang bagi kejayaan tu dekat kita.
Alangkah tidak malunya kita..., Allah ciptakan kita sebagai khalifah di bumi ni. Kitalah sebaik-baik kejadian yang Allah pernah ciptakan sehinggakan semua makhluk sujud pada bapa kita, Nabi Adam kecuali Iblis Laknatullah. Betapa Allah muliakan kejadian manusia. Tapi, kita sendiri tidak memelihara diri kita. Kita lupa tanggungjawab kita sebagai hamba. Kita lupa kepada yang mencipta diri kita. Bahkan, kita alpa dengan nikmat yang ada. Nabi Muhammad s.a.w, pada saat malaikat ingin mencabut nyawa Baginda, Baginda masih memikirkan umat-umatnya. Ummati! Ummati! Sampai begitu sekali sayang Rasulullah pada kita. Tapi kita....? Kita lupa pada Baginda Rasul. Berat benar lidah kita nak berselawat ke atas baginda. Macam mana hati kita nak tenang?
Lembutkanlah hati kita. Tundukkan lah diri kita pada Allah. Bersyukur dengan nikmat yang Allah pinjamkan pada kita. Semua itu tidak akan kekal. Bila-bila masa Allah boleh tarik balik semua itu. Ikhlas kan lah hati dalam setiap perkara yang kita buat.
Sesungguhnya, hanya Allah sahaja yang berkuasa menilai keikhlasan hati kita. Insya Allah, kita akan dapat merasai kelazatan halawatul iman itu sendiri. Tenanglah dikau wahai hati...